Oleh: Muhammad Husnan
Sumber: www.amalia.com
Sumber: www.amalia.com
Sekitar Empat tahun yang lalu tepatnya di awal Ramadhan 1433 H
mengikuti kuliah subuh di Masjid dekat rumah. Ustadz yang berceramah
menceritakan kisah nyata dari seorang rektor salah satu perguruan tinggi
swasta di Indonesia yang sedang mencari sistem pendidikan terbaik yang
dapat menghasilkan dan mencetak generasi yang cerdas, bermartabat dan
bisa bermanfaat bagi bangsa dan agama.
Untuk mencari sistem
pendidikan terbaik, rektor tersebut pergi ke Timur Tengah untuk meminta
nasihat dari seorang ulama terkemuka di sana. Ketika bertemu dengan
ulama yang ingin ditemuinya, lalu dia menyampaikan maksudnya untuk
meminta saran bagaimana menciptakan sistem pendidikan terbaik untuk
kampus yang dipimpinnya saat ini.
Sebelum menjawab pertanyaan
dari rektor, ulama tersebut bertanya bagaimana sistem pendidikan saat
ini di Indonesia mulai dari tingkat bawah sampai paling atas?
Rektor menjawab, "paling bawah mulai dari SD selama 6 tahun, SMP 3
tahun, SMA 3 tahun, D3 3 tahun atau S1 4 tahun, S2 sekitar 1.5 - 2
tahun, dan setelah itu S3 untuk yang paling tinggi.
Jadi untuk sampai S2 saja butuh waktu sekitar 18 tahun ya? Tanya Sang Ulama.
Iya, jawab rektor tersebut.
Iya, jawab rektor tersebut.
Lalu bagaimana jika hanya lulus sampai di SD saja selama 6 tahun,
pekerjaan apa yang akan bisa didapat? Tanya kembali Sang Ulama.
Kalau hanya SD paling hanya buruh lepas atau tukang sapu jalanan, tukang kebun dan pekerjaan sejenisnya. Tidak ada pekerjaan yang bisa diharapkan jika hanya lulus SD di negeri Kami. Jawab si rektor.
Kalau hanya SD paling hanya buruh lepas atau tukang sapu jalanan, tukang kebun dan pekerjaan sejenisnya. Tidak ada pekerjaan yang bisa diharapkan jika hanya lulus SD di negeri Kami. Jawab si rektor.
Jika Lulus SMP bagaimana?
Untuk SMP mungkin jadi office boy (OB) atau cleaning service, jawab kembali si rektor.
Kalau SMA bagaimana?
Kalau lulus SMA masih agak mending pekerjaan nya di negeri Kami, bisa sebagai operator di perusahaan-perusahaan, lanjut si rektor.
Untuk SMP mungkin jadi office boy (OB) atau cleaning service, jawab kembali si rektor.
Kalau SMA bagaimana?
Kalau lulus SMA masih agak mending pekerjaan nya di negeri Kami, bisa sebagai operator di perusahaan-perusahaan, lanjut si rektor.
Kalau lulus D3 atau S1 bagaimana? Bertanya kembali Sang Ulama. Kalo
lulus D3 atau S1 bisa sebagai staff di kantor dan S2 bisa langsung jadi
manager di sebuah perusahaan, kata si rektor.
Berarti untuk
mendapatkan pekerjaan yang enak di negeri Anda minimal harus lulus D3/S1
atau menempuh pendidikan selama kurang lebih 15-16 tahun ya? Tanya
kembali sang Ulama.
Iya betul, jawab si rektor.
Iya betul, jawab si rektor.
Sekarang
coba bandingkan dengan pendidikan yang Islam ajarkan. Misal selama 6
tahun pertama (SD) hanya mempelajari dan menghapal Al-Qur'an, apakah
bisa hapal 30 juz? Tanya Sang Ulama.
Inshaa Alloh bisa, jawab si rektor dengan yakin.
Apakah ada hafidz Qur'an di negeri Anda yang bekerja sebagai buruh lepas atau tukang sapu seperti yang Anda sebutkan tadi untuk orang yang hanya Lulus SD? Kembali tanya Sang Ulama.
Tidak ada, jawab si rektor.
Inshaa Alloh bisa, jawab si rektor dengan yakin.
Apakah ada hafidz Qur'an di negeri Anda yang bekerja sebagai buruh lepas atau tukang sapu seperti yang Anda sebutkan tadi untuk orang yang hanya Lulus SD? Kembali tanya Sang Ulama.
Tidak ada, jawab si rektor.
Jika dilanjut 3 tahun berikutnya mempelajari dan menghapal hadis apakah bisa menghapal ratusan hadis selama 3 tahun?
Bisa, jawab si rektor.
Apakah ada di negara Anda orang yang hapal Al-Qur'an 30 juz dan ratusan hadis menjadi OB atau cleaning service?
Tidak ada, jawab kembali si rektor.
Bisa, jawab si rektor.
Apakah ada di negara Anda orang yang hapal Al-Qur'an 30 juz dan ratusan hadis menjadi OB atau cleaning service?
Tidak ada, jawab kembali si rektor.
Lanjut 3 tahun setelah itu mempelajari tafsir Al-Qur'an, apakah ada di
negara Anda orang yang hafidz Qur'an, hapal hadis dan bisa menguasai
tafsir yang kerjanya sebagai operator di pabrik? Tanya kembali ulama
tersebut.
Tidak ada, jawab si rektor.
Tidak ada, jawab si rektor.
Rektor tersebut mengangguk mulai mengerti maksud sang ulama.
Anda mulai paham maksud Saya?
Ya, jawab si rektor.
Anda mulai paham maksud Saya?
Ya, jawab si rektor.
Berapa lama pelajaran agama yang diberikan dalam seminggu?
Kurang lebih 2-3 jam, jawab si rektor.
Kurang lebih 2-3 jam, jawab si rektor.
Sang ulama melanjutkan pesannya kepada si rektor, jika Anda ingin
mencetak generasi yang cerdas, bermartabat, bermanfaat bagi bangsa dan
agama, serta mendapatkan pekerjaan yang layak setelah lulus nanti, Anda
harus merubah sistem pendidikan Anda dari orientasi dunia menjadi
mengutamakan orientasi akhirat karena jika Kita berfokus pada akhirat
inshaa Alloh dunia akan didapat. Tapi jika sistem pendidikan Anda hanya
berorientasi pada dunia, maka dunia dan akhirat belum tentu akan
didapat.
Pelajari Al-Qur'an karena orang yang mempelajari
Al-Qur'an, Alloh akan meninggikan derajat orang tersebut di mata hamba-
hambaNya. Itulah sebabnya Anda tidak akan menemukan orang yang hafidz
Qur'an di negara Anda atau di negara manapun yang berprofesi sebagai
tukang sapu atau buruh lepas walaupun orang tersebut tidak belajar
sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi karena Alloh yang memberikan
pekerjaan langsung untuk para hafidz Qur'an. Hafidz Qur'an adalah salah
satu karyawan Alloh dan Alloh sayang sama mereka dan akan menggajinya
lewat cara-cara yang menakjubkan. Tidak perlu gaji bulanan tapi hidup
berkecukupan.
Itulah pesan Sang Ulama kepada rektor tersebut.
Mari kita didik diri dan keluarga kita agar senantiasa selalu membaca,
mempelajari, dan menghapal Al- Qur'an agar hidup kita dimudahkan dan
berkecukupan. Totalitas menjadi karyawan Alloh bukan hanya karyawan dari
seorang manusia.
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare agar semakin banyak yang terinspirasi untuk mempelajari dan menghapal Al- Qur'an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar