Kamis, 05 Januari 2017

Apakah Besok Kita Masih Indonesia

Oleh: Oumo Abdul Syukur
Dahulu, di zaman sebelum dan awal-awal kemerdekaan, perdebataan para pendiri bangsa adalah masalah-masalah idiologis. Tentang kemana masa depan bangsa ini diarahkan, diletakkan lalu dibawa menuju kesejahateraan rakyat secara bersama-sama.

Itulah mengapa, rakyat bersatu padu  berjuang memerdekakan bangsa lalu mempertahankannya. Apakah mereka-mereka yang berjuang waktu itu kaya raya? Soekarno, Hatta, Syahrir, Agus Salim, Tan, Sudirman, Bung Tomo dll, mereka hidup di bawah garis kemiskinan bila kita mengikuti standar BPS sekarang.  

Rakyatpun demikian, bahkan lebih parah dari itu. Nyatanya kemiskinan dan nestapa justru membuat bertambah giroh mereka untuk berjuang bersama memerdekakan bangsa ini dari penjanjajah Zhaliman.

Kenapa demikian? Karena sekalipun mereka hidup dalam kemiskinan dan kepapaan, ada hal yang lebih penting untuk diperjuangkan. Yaitu berjuang untuk masa depan anak-cucunya, mewariskan bagsa yang memiliki kedaulatan penuh atas tanah tumpah darahnya.

Saat ini kita telah berjalan hampir seabad. Justru kezhaliman yang dahulu dibikin penjajah, dipraktekkan oleh segelintir manusia bangsa ini terhadap rakyatnya. Kezhaliman masuk dalam sistem, dalam proses distribusi kekuasaan dan dalam distribusi kekayaan. Saya justru melihat kezhaliman inilah menjadi sumber penyebab beberapa orang memprotes, beberapa daerah ingin memisahkan dirinya.

Dari semua sumber yang kita baca dan lihat, umur persatuan sebuah bangsa sesungguhnya terletak pada umur keadilan, keadilan dalam distribusi politik, keadilan dalam distribusi sosial, serta keadilan dalam distribusi kekayaan bersama.

Itulah sebabnya, saat pemerintah dengan sewenang-wenang mengeluarkan satu kebijakan yang akan berdampak secara perlahan terhadap rasa kepemilikan rakyat terhadap sebuah bangsa, terhadap tanah air dan ibu pertiwinya. Dan bila ini (kezhaliman) diparaktekkan secara terus menerus, rasa nasionalisme mereka akan dibuang ke keranjang sampah.

Ini bukan tanpa alasan, sejarah peradaban manusia dipenuhi oleh fenomena kebangunan lalu runtuh. Kebangunan setiap bangsa selalu saja dimulai dari soliditas internal, soliditas ini terbangun atas kesamaan nasib, satu tanah, bahasa, agama, idiologi, budaya, etnis dan lainya. Begitu mengalami keruntuhannya, yang pertama dialami adalah hancurnya soliditas. Kenapa bangunan soliditas bisa hancur? Sederhananya adalah tidak atau kurangnya intervensi negara terhadap distribusi kesejahateraan dan keadilan. Ini fenomena umum yang bisa kita dapati di setiap runtuhnya negara bangsa.

Pertanyaannya adalah akankah warisan leluhur yang paling berharga bernama Indonesia ini akan hancur seperti Soviet dan Yugoslavia? Harus diingat, bahwa kehancuran dua bangsa besar ini akibat gagalnya nasionalisme sebagai faktor perekat. Menurut saya, Nasionalisme atau rasa memiliki tanah air hanya akan tumbuh dalam setiap sanubari anak-anak bangsa dari Sabang sampai Merauke bila negara benar-benar hadir, bila pemerintahan konsisten menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya dalam melayani mereka. Kezhaliman hanya akan mencabut kepercayaan rakyat dalam sebuah bangsa, dan bukan tidak mungkin dalam waktu yang bisa ditentukan mereka akan bergerak mencari bentuk dan wadah lain.

Ini bukan kemudian menggugurkan rasa nasionalisme saya terhadap negeri ini, atau meragukan nasionalisme mereka-mereka yang terkena dampak dari kebijakan zholim. Tetapi bila sejarah adalah guru, maka mestinya kita harus belajar lebih banyak lagi tentangnya. Setelah itu kita proyeksikan bangsa ini agar bertahan sampai kiamat kelak, atau minimal selama kita masih hidup negeri ini masih bernama Indonesia.

Jangan mengaku paling Indonesia, tetapi produk kebijakan bersifat zholim terhadap pemberi daulat, jangan juga memukul dada paling nasionalis tapi tanah dan air negeri ini selalu saja dieksploitasi oleh asing. Tunjukkan bahwa kamu adalah pencinta Indonesia, diwujudkan dengan kebijakan yang berdiri di atas kepentingan rakyat. Wujudkan nasionalismemu dengan menasionalisasi segala sumber daya alam yg dikuasai asing, tunjukkan bahwa kita memang benar-benar bisa berdiri di atas kaki sendiri. Bahwa kita bisa berdaulat secara politik, bahwa kita bisa mandiri secara ekonomi, bahwa kita mesti punya keperibadian secara budaya (budaya Indonesia).

Caramu menjalakan amanah rakyat justru itu lebih penting dari Jabatan yang diberi. Kurangi pencitraan, sebab itu tidak menjamin Indonesia masih ada besok. #Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar